Jumat, 29 Mei 2009

Pengelolaan Limbah B3 (Hazardous Waste Management)

Informasi Umum

Pada tahun 1994, Presiden Suharto mengatakan -dalam sambutannya ketika meresmikan pabrik pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di Cileungsi, Bogor- bahwa fasilitas serupa akan dibangun sebanyak 6 unit dan akan tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya 6 unit serupa, diharapkan limbah-limbah berbahaya yang timbul di banyak daerah tidak perlu dibawa ke Cileungsi, Bogor. Ditegaskannya selain menghemat biaya transportasi, mengurangi resiko kontaminasi, dan juga menghilangkan segala bentuk resiko transportasi darat atau laut.
Akan tetapi dalam kurun waktu yang terus berjalan hingga saat ini fasilitas pengolahan semacam ini tidak pernah bertambah. Sehingga pihak KLH harus mengevaluasi kembali rencana tersebut.
Fasilitas Pengolahan Limbah B3 Cileungsi ini berdiri dan mulai beroperasi pada saat Menteri KLH & ketua Bapedal waktu itu adalah Menteri Emil Salim. Fasilitas ini kemudian berganti nama dari nama semula yang direncanakan Pusat Pengolahan Limbah industri menjadi PT. Prasadha Pamunah Limbah industri (PPLi).

Kapasitas PPLi

Pabrik ini dibangun dengan kapasitas 60.000 ton per tahun atau 5.000 ton per bulan. Fasilitas ini terdiri dari Unit Stabilisasi, Unit Fuel Blending, dan Unit Landfill & Leachate Management. Untuk menangani jenis limbah industri organik, non-organik, ataupun campurannya.

Contoh limbah organik adalah paint sludge, waste oil (minyak pelumas bekas), dan berbagai jenis limbah organik lain. Sedangkan contoh limbah un-organik adalah katalis bekas (spent catalyst), wwtp sludge, dan berbagai limbah un-organik lain.
Unit Receiving, Staging Area & Laboratory
Unit ini mencatat kedatangan limbah ke lokasi pabrik ini. Pencatatan berawal dari penimbangan berat pada jembatan timbang (weighing bridge), pengecekan profile limbah, pengambilan & pemeriksaan sample di laboratory, dan penempatannya pada staging area. Dari sini selanjutnya limbah ditentukan harus dikirim untuk pengumpanan ke Unit Stabilisasi, Unit Fuel Blending, atau sebagai Direct Landfill.
Unit Stabilisasi
Limbah un-organik diproses melalui unit proses stabilisasi. Prosesnya adalah memadatkan (solidification), dan stabilisasi (stabilization) ikatan kimia limbah sehingga tidak dapat terurai lagi.
Jumlah limbah non-organik ini sekitar 60% dari keseluruhan limbah. 30% limbah organik, dan 20% limbah langsung timbun (direct landfill) di proses di tempat berbeda. Sehingga total limbah organik adalah 150 ton/ hari.
Beberapa limbah non-organik yang compatibel dicampur dan distabilisasikan dengan cara menambahkan air (circulated leachate), semen, dan beberapa bahan kimia lain yang diperlukan hingga diperoleh produk yang sdh stabil (stabilized waste) yang memenuhi beberapa standard kriteria dan pH akhir (final pH). pH akhir dalam selang 6-9.
Stabilized waste kemudian ditimbun di landfill sebagai tahapan pemusnahan akhir (final disposal). Peletakan stabilized waste ini diatur sedemikian rupa dengan menggunakan pencatatan koordinat dan elevasinya untuk kemudahan pemamtauan (monitoring).
Fasilitas unit stabilisasi terdiri atas beberapa proses equipment: cement silo, fly-ash silo, mixing pit, re-used water tank. System proses ini juga didukung oleh beberapa alat berat (heavy equipment) seperti: excavator, forklift with drum grabber, dan beberapa portable equipment.
Unit ini haruslah dilengkapi dengan fume hood yang dilengkapi dengan bag filter, dan exhaust fan dengan kapasitas 5.000 NM3/H. Fan haruslah diaktifkan pada saat pengoperasian unit ini sehingga gas-gas berdebu dapat ditangkap dan tidak mengkontaminasi lingkungan dan operator/teknisi yang sedang bekerja di sekitarnya.
Unit ini juga haruslah dilengkapi dengan 'dust suppresion unit' sehingga gas/udara berdebu dapat dibersihkan (scrub) sebelum akhirnya masuk ke bag filter.
Unit Fuel Blending
Fasilitas ini menangani 30% limbah organik berbahaya yang dikirim ke fasilitas ini. Jumlah tersebut adalah 70 ton/hari.
Limbah organik diolah di fasilitas Unit Fuel Blending. Limbah padat dihancurkan pada unit hydrapulper dan kemudian dikirim ke tank farm untuk final mixing. Product yang sudah diaduk diharapkan bisa homogen.
Limbah organik memiliki nilai kalor (caloric value) yang tinggi. Nilai kalor yang bisa dicapai adalah 5.000 - 6.000 kcal/kg. Untuk mengendalikan nilai kalor yang diinginkan, limbah organik diencerkan dengan menggunakan minyak pelumas bekas (waste oil) dan air bekas proses sesuai kebutuhan kalori.
Proses blending dilakukan secara semi batch. Biasanya dilakukan sebanyak 20-30 batch pada hydrapulper untuk dapat menghasilkan satu (1) spesifikasi produk. Kapasitas hydrapulper adalah 12 barrels, dan kapasitas product tank adalah 500 barrels. Beberapa larutan pengencer perlu ditambahkan sebagai filler ataupun additive untuk memenuhi sepesifikasi yang diperlukan. Produk ini selanjutnya diaduk secara continue sebelum dikapalkan melalui tanker truck 8.000 liter.
Produk fuel blending dikenal dengan istilah syntetic fuel atau bahan bakar sintetis (BBS). Produk yang sudah aman terhadap lingkungan ini selanjutnya dapat dibakar pada tanur bakar yang memiliki suhu 1.100 der C. Pada saat ini BBS dimusnahkan dengan cara membakarnya di dalam rotary kiln PT. Semen Cibinong.
Pemusnahannya juga sekaligus memanfaatkan energy panas untuk pembakaran clinker. Pembakarannya dilakukan dengan kecepatan massa 1 - 2 ton/jam. Pemanfaatan BBS sebagai bahan bakar telah mengganti sebagian pemakaian bahan bakar batu bara, sekaligus menyelamatkan lingkungan.
Biasanya pemakaian bahan bakar limbah haruslah dicantumkan pada kemasan produk sebagai informasi yang berkaitan dengan kualitas dan pelestarian lingkungan.
Hazardous Landfill
Landfill adalah sarana penimbunan akhir (final disposal) untuk limbah langsung timbun (direct landfill) dan limbah non-organik yang sudah distabilkan (stabilized waste). Penimbunan keduanya diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan sistem kemudahan operasi alat berat (dozer, excavator, dump truck, dsb) dan meminimasi kontak air hujan dan timbunan.
Landfill dirancang sedemikian rupa sehingga sarana ini dapat memenuhi kebutuhan ruang penimbunan (ton) berdasar pada kapasitas penimbunan (ton/hari), mengisolasi timbunan dengan lingkungan sekitarnya. Ukuran sebuah landfill bisa mencapai 150MPanjang x 80MLebar x 2MDalam dengan alas 1-2% slope. Kontaminasi dengan lingkungan bisa terjadi melalui banjir, ataupun rembesan. Itulah sebabnya landfill dibuat dari beberapa lapisan geomembran 60mil-HDPE, geonet, geotex, gravel, dan pasir (sand).
Landfill juga dilengkapi dengan beberapa pompa untuk kepentingan transfer air lindi (leachate) ke leachate collection tank. Pompa ini mentransfer air lindi yang terkumpul di lokasi active area pada saat hujan secepatnya ke collection tank. Makin cepat makin baik. Air hujan yang terkumpul di lokasi non-active area dapat langsung dibuang ke lingkungan setelah terlebih dahulu diperiksa dan memenuhi syarat.
Landfill yang telah terisi penuh haruslah segera ditutup, sementara landfill baru sudah harus tersedia beberapa saat sebelumnya. Lapisan penutup adalah hampir sama dengan lapisan bawah lanfill. Landfill yang sudah ditutup bisa dijadikan taman, atau bahkan dijadikan lapangan golf. Landfill yang sudah ditutup ini terus dipantau melalui kondisi air tanah di sekitarnya. Pemantauan ini dilakukan melalui sumur pantau (monitoring well) yang tersebar di sekitar landfill.
Unit Fuel Blending juga harus dilengkapi dengan 'fume hood' yang dilengkapi dengan 'exhaust fan' dan 'bag filter' dengan kapasitas 5.000 NM3/H terutama di sekitar lokasi pengumpanan limbah padat (waste loading bay). Gas/udara beracun dapat diarahkan sebuah lokasi yang aman untuk dibakar.
Pengelolaan Lindi (Leachate Management)
Air lindi yang terkumpul di landfill, baik melalui genangan langsung air hujan maupun melalui rembesan (Leachate Collection & Removal System, LCRS) harus segera ditransfer ke leachate collection tank untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan. Leachate yang terkumpul bisa langsung dibuang ke lingkungan sebagai treated effluent bila kualitasnya memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan lingkungan. Leachate harus diolah dan diperbaiki kualitasnya bila tidak memenuhi persyaratan.
Jumlah leachate yang terkumpul bergantung pada besarnya active area dan jumlah curah hujan. Makin besar active area makin banyak pula jumlah leachate yang terkumpul. Di Cileungsi, jumlah yang terkumpul bisa mencapai 100 - 150 M3/jam.
Warehouse & Maintenance Building
Fasilitas ini didukung oleh sarana pemeliharaan dan pengadaan spare part umum untuk memperkuat keberadaan (availability) berbagai alat berat, truk, alat-alat process, dan konstruksi. Juga memelihara alat-alat berat tetap berada dalam keaadaan prima.
R7 (30 June 2009), to be continued..

2 komentar:

  1. bagus..sekali bermanfaat kalo bisa sekalian gambar (foto) juga diposting

    BalasHapus
  2. mohon di publikasikan skema supaya menjadi pembelajaran khususnya kami yg berkecimpung di kesehatan lingkungan. smg tetap eksis dan sukses

    BalasHapus